Friday, December 23, 2011

Hedging Valuta Asing Jangka Panjang: Harapan Baru Bagi Kestabilan Pasar Valuta Asing






Salah satu faktor yang dapat mengguncang pasar keuangan Indonesia adalah fluktuasi valuta asing dan kondisi pasar untuk valuta asing yang tidak kondusif. Tentu masih segar dalam ingatan kita bagaimana kondisi keuangan Indonesia dan negara-negara di Asia mengalami krisis yang sangat dalam yang disebabkan valuta asing. Bank Indonesia sebagai bank sentral selalu berusaha untuk mengendalikan tingkat fluktuasi yang wajar yang dapat mendukung dunia bisnis dan perekonomian dengan melakukan intervensi pasar apabila diperlukan. Namun demikian, hal tersebut memiliki risiko untuk menguras cadangan devisa Indonesia. Hingga Oktober 2011 cadangan devisa Indoensia telah mencapai US$ 114,0 juta, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 baru mencapai USD 66,1 juta dan US$ 96 juta. Tentunya cadangan devisa ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan sebagai salah satu syarat untuk menjaga kestabilan ekonomi.


Gambar 1. Dana Pihak Ketiga dalam Valuta Asing di Bank Umum


Sebagai usaha untuk memperdalam pasar keuangan untuk valuta asing, Bank Indonesia saat ini sedang mengkaji untuk mengembangkan produk lindung nilai (hedging) terhadap valuta asing yang bersifat jangka panjang oleh perbankan. Sebagaimana saat ini dunia sedang dalam kondisi krisis keuangan global dan Indonesia mau tidak mau juga terkena imbasnya, pendalamanan pasar keuangan valuta asing akan sangat membantu ketahanan Indonesia terhadap krisis. Apabila produk hedging valuta asing jangka panjang dioperasikan oleh perbankan Indonesia, maka peran Bank Indonesia untuk melakukan pengendalian pasar keuangan valuta asing tidak lagi cenderung sendirian tetapi secara tidak langsung terbantukan oleh produk tersebut. Produk hedging valuta asing jangka panjang memungkinkan valuta asing terutama dari para eksportir dan foreign investment dapat lebih lama berada di Indonesia. Pasar keuangan valuta asing saat ini masih dangkal dan cukup ketat disebabkan oleh hedging valuta asing yang ada hanya berjangka pendek, yaitu untuk 1-2 bulan. Dengan hedging yang lebih panjang diharapkan para nasabah dapat lebih terlindungi dari risiko nilai tukar mata uang (currency risk).


Gambar 2. Realisasi Investasi (Asing dan Domestik) dan Pertumbuhan Ekonomi


Salah satu perkembangan yang menggembirakan bagi perekonomian Indonesia adalah telah masuknya peringkat hutang Indonesia ke dalam investment grade dengan peringkat BBB- yang diberikan oleh Fitch Rating pada tanggal 15 Desember 2011. Masuknya Indonesia ke dalam investment grade akan mengundang foreign investment yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, dengan telah berlakunya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri yang secara efektif akan dimulai pada Januari 2012, maka diperkirakan jumlah devisa yang mengendap di perbankan nasional akan mengalami peningkatan tajam. Sementara itu, nilai investasi asing yang diperkirakan masuk pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 206,8 triliun (estimasi pemerintah) hingga mencapai Rp 210,6 triliun (estimasi LIPI). Investasi asing yang telah masuk hingga 9M2011 adalah sebesar Rp 129 triliun atau terjadi kenaikan sekitar 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2011 sendiri diestimasi investasi asing akan mencapai Rp 170,2 triliun.

Oleh karenanya menjadi sangat penting untuk dilakukan pengelolaan valuta asing yang bijak yang kemudian dapat memberikan efek pada kestabilan nilai mata uang Rupiah terhadap mata uang asing yang akan mendukung bagi dunia bisnis dan perekonomian Indonesia secara umum. Semoga rencana hedging valuta asing jangka panjang yang digagas Bank Indonesia dapat terealisasi dalam waktu dekat, tetapi tentunya dengan pengelolaan risiko yang maksimal dan tidak adanya celah untuk digunakan sebagai spekulasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Wednesday, September 14, 2011

Black Swan dan Risiko Bisnis


Pernah mendengar black swan? Paling tidak ada dua hal yang menaikkan kata-kata ini menjadi sangat popular. Yaitu, pertama adalah Nicholas Taleb penulis buku The Black Swan: The Impact of the Highly Improbable (2007). Kedua adalah film Black Swan yang dibintangi oleh artis cantik jelita Natalie Portman. Namun kali ini pembahasan yang ingin diangkat adalah konsep black swan yang diangkat oleh Taleb. Konsep ini mengatakan black swan adalah suatu kejadian yang memiliki kemungkinan terjadinya sangat kecil, namun begitu terjadi memberikan dampak yang sangat luar biasa. Contohnya adalah tsunami dan kebocoran nuklir yang terjadi di Jepang, atau perubahan kondisi politik Timur Tengah yang terjadi secara tiba-tiba dan melebar ke wilayah yang sangat luas. Kejadian black swan dapat terjadi dalam setiap bidang seperti politik, keuangan, ekonomi, lingkungan, sosial, teknologi, dan lain-lain.

Bagi dunia bisnis, kejadian black swan akan menjadi tantangan tersendiri bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan kerangka berpikir Taleb, maka acaman dapat datang dari setiap lini yang terkoneksi dengan perusahaan. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana perusahaan menyikapi potensi terjadinya black swan, yang dikemudian hari bisa meluluhlantahkan bisnis yang telah dibangun.

Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat diaplikasikan oleh perusahaan untuk dapat mencegah kejadian black swan meluluhlantahkan bisnis perusahaan.
• Meminimalisasi downside risk exposure
• Melakukan perencanaan bisnis dengan layak
• Menyediakan cash untuk cadangan apabila terjadi sesuatu
• Melakukan perencanaan jangka panjang
• Mengamati dengan cermat berbagai informasi dari berbagai sumber
• Membangun system alarm bahaya bagi bisnis

Namun demikian, dalam menjalankan bisnis akan sulit apabila terlalu melihat risiko-risiko saja. Jangan sampai perusahaan menjadi paranoid terhadap hal-hal baru maupun peluang-peluang baru. Tetapi apabila perusahaan juga tidak menggunakan kacamata pengelolaan risiko, terlebih risiko seperti kejadian black swan maka akan sangat membahayakan tidak hanya perusahaan itu sendiri tetapi juga pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok dan semua pemangku kepentingan yang dapat saja terkena imbasnya.

Friday, August 12, 2011

Krisis dan Diversifikasi Ekonomi



Beberapa hari belakangan ini suasana perkonomian dan finansial kita sedang dalam gonjang ganjing kembali. Hal utama yang membuat hal ini terjadi adalah terjadinya krisis di Amerika. Krisis ini dinamakan KRISIS AAA, karena krisis ini dipicu oleh penurunan peringkat kredit hutang Amerika dari AAA menjadi AA+ oleh Standard & Poor. Penurunan peringkat kredit ini memberikan sinyal terjadinya penurunan kemampuan pembayaran hutang oleh Amerika. Ketidakpercayaan ini kemudian menyebar ke pasar finansial global dan memberikan efek yang besar bagi pasar finansial. Kondisi ini dilihat karena Amerika telah menggunakan hutang yang terlalu besar dalam menggerakkan ekonominya, dan saat ini negara tersebut mengalami pelemahan dalam membayar hutang-hutang yang sedang dan akan jatuh tempo. Belum lama sebelumnya negara-negara di Eropa yang mengalami krisis. Krisis di Eropa dipicu terutama oleh terjadinya defisit anggaran yang besar dalam neraca negara mereka. Negara-negara seperti Yunani, Irlandia, Portugal, dan Itali mengalami dampak krisis yang luar biasa bagi perekonomian mereka.

Salah satu kacamata analisis yang dapat digunakan dalam melihat kondisi ini adalah melihat dari sisi diversifikasi ekonomi yang telah dilakukan oleh negara-negara selama ini. Diversifikasi ekonomi ini dilihat dari sudut pandang yang luas. Dari sisi ekspor, investasi, industry, sumber pembiayaan, tenaga kerja, teknologi, dan pengetahuan (Shediac, dkk; 2011). Apabila suatu negara mampu melakukan diversifikasi yang sangat luas di semua area, maka kejatuhan suatu area dalam ekonomi tidak akan menggoyang negara tersebut, seperti yang saat ini terjadi. Tetapi yang terjadi di dunia ini, tidak ada satu pun negara yang memiliki tingkat diversifikasi yang sangat lengkap, walaupun ada beberapa negara yang cukup baik melakukan pengelolaan diversifikasinya.

Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan didukung terutama oleh perusahaan konglomerasi, di Irlandia terutama didorong oleh besarnya investasi luar negeri, dan di China dimotori oleh ekspor yang luar biasa besarnya. Tiap-tiap negara memiliki kecenderungan untuk kuat di area-area tertentu yang akan menjadi pendorong utama perekonomian negara tersebut. Oleh karenanya menjadi penting bagi tiap-tiap pemerintah suatu negara untuk mencari kekuatan lain yang menjadi penyeimbang atas area-area yang telah selama ini menjadi pendukung utama perekonomiannya. Bukan suatu pekerjaan yang mudah memang, namun beberapa tahun belakangan ini krisis terjadi dalam waktu yang tidak jauh. Tahun-tahun belakangan ini perkembangan perekonomian dunia bergerak dari satu krisis ke krisis lainnya.

Suatu perekonomian yang memiliki tingkat diversifikasi yang memadai dipercaya memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dalam jangka panjang, namun demikian juga kestabilan ekonomi yang lebih terjaga, sehingga dapat menunjang investasi swasta di negara tersebut. Pemerintah suatu negara perlu memberikan focus pada strategi jangka panjang dan komitmen politik yang berkelanjutan.


Oleh:
Guntur Tri Hariyanto

Friday, August 5, 2011

AS dan Penurunan Peringkat Kredit




Dunia keuangan baru-baru ini mendapatkan kejutan yang luar biasa. Pada bulan Juli tahun ini, perusahaan pemeringkat Moody memberikan peringatan akan adanya kemungkinan penurunan credit rating Amerika Serikat disebabkan oleh kekhawatiran akan default¬-nya pemerintah AS. Kemungkinan default itu terjadi karena bisa terjadinya pemerintah AS gagal bayar hutang-hutang luar negeri yang akan segera jatuh tempo pada tanggal 2 Agustus 2011, yang disebabkan oleh masih masih dibatasinya plafon utang yang ada saat ini.

AS yang selama ini menjadi tolok ukur keuangan dunia saat ini kondisinya sangat mengkhawatirkan. Rasio hutang terhadap PDB-nya telah mencapai hamper 100 persen atau senilai USD 23 miliar. AS telah mengalami defisit dalam fiscal telah sejak lama, dan ekonominya ditunjang oleh hutang yang besar-besaran. Sebagai salah satu solusi atas kondisi saat ini yang ada, Pemerintah Obama mengajukan rencana untuk pemangkasan defisit negara selama 10 tahun. Hal yang akan dilakukan adalah peningkatan limit hutang hingga menjadi USD 14,3 triliun dan akan ditambahkan sedikitnya USD 2,1 triliun. Selain itu pengurangan defisit negara juga dilakukan dengan target yang akan dicapai sebesar USD 2,4 triliun selama 10 tahun ke depan. Dengan pengurangan defisit diharapkan akan berkontribusi posotif bagi pertumbuhan ekonomi AS dan penciptaan lapangan kerja baru.

Berbagai ekonom mengatakan bahwa AS akan kembali mengalami resesi baru. Setelah pemerintah AS menggenjot pemulihan ekonomi sejak 2 tahun lalu, diperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan melemah. Salah satu dasar yang menjadi pelemahan ekonomi ini adalah tidak adanya penopang pertumbuhan ekonomi yang kuat, dengan demikian akan terjadi potensi pelemahan pertumbuhan ekonomi. Saat ini ekonomi AS mengalami pelemahan konsumsi disebabkan oleh sebagian besar konsumen sedang berfokus untuk lepas dari ketergantungan dari hutang. Demikian pula produsen-produsen manufaktur di AS tidak dapat menambah produksi karena lemahnya permintaan.

Salah satu isu utama yang juga hingga saat ini masih berat adalah masih tingginya level pengangguran yang diperkirakan masih mencapai 9,2% pada Juli 2011, walau telah terjadi penyerapan tenaga kerja sebesar 1,77 juta hingga bulan Juni 2011 dari 8,75 juta orang yang kehilangan pekerjaan akibat krisis 2008.

Berbagai kalangan sangat mengharapkan pemerintah AS dapat menyelesaikan berbagai masalah perekonomian dan keuangan yang dihadapinya. Peran AS dalam hal ini US Treasury dalam pasar global sangatlah besar. Ketidakpastian isu hutang AS berpotensi besar dalam melemahkan stabilitas finansial dan dapat menghambat pemulihan ekonomi dunia. Kritik tajam dilontarkan China dan Rusia sebagai pemegang US Treasury terbesar, terutama terkait dengan bagaimana pola penopangan ekonomi AS dan risikonya akan dapat berdampak pada skala global yang sangat luas.

Dengan kondisi yang berkembang saat ini, perusahaan-perusahaan rating memberikan peringatan yang sangat keras terhadap pemerintah AS. AS telah memegang rating AAA telah hampir seratus tahun sejak 1917, dan pada tahun ini kredibilitasnya dipertanyakan. Hingga saat ini, Standard & Poor, Moody’s, dan Fitch masih memberikan rating AAA namun mempertanyakan kemampuan AS untuk mempertahankan dalam jangka panjang. Sedangkan di lain pihak, perusahaan rating China, Dagong Global Credit Rating telah mengumumkan penurunan credit rating AS dari A+ menjadi A. Mereka mempertanyakan kemampuan pemerintah AS untuk membayar hutang-hutangnya, dan hal ini tentunya menjadi “tamparan” keras bagi pemerintah AS.


Oleh:
Guntur Tri Hariyanto

Monday, August 1, 2011

Memenangkan Persaingan Bisnis dengan Kerangka VRIO



Dari waktu ke waktu, dari jaman ke jaman persaingan bisnis semakin ketat. Teknologi terbaru akan ditemukan pada tiap tahunnya, dan semakin lama semakin cepat. Oleh karenanya tidak heran bila teknologi menempatkan diri sebagai salah satu faktor utama pendorong semakin ketatnya persaingan bisnis. Belum lagi derasnya laju globalisasi dan kecepatan informasi yang semakin lama semakin mendekati “kecepatan cahaya”. Bila dahulu untuk berkomunikasi begitu sulitnya, saat ini dengan adanya messenger yang terinstal dalam telepon genggam kita, informasi dapat mengalir dengan derasnya dan dalam waktu yang sangat cepat.

Tantangan bisnis saat ini jauh lebih besar dar waktu-waktu sebelumnya. Namun, seperti kata-kata orang bijak, setiap jaman memiliki caranya sendiri untuk dapat “bertahan hidup”. Akan ada banyak metode maupun konsep baru yang dilahirkan dari para pelaku dan pemikir bisnis di tiap jamannya. Salah satu kerangka bisnis yang diperkenalkan oleh Jay Barney (2007) adalah kerangka VRIO. VRIO adalah kependekan dari valueble, rare, imperfectly imitable, dan organizationally aligned.

Konsep VRIO oleh Barney didasari pada teori resource based view of the firm, yaitu sudut pandang melihat perbedaan berdasarkan resource (sumber daya) yang dimilikinya. Dua premis utama yang dipegang oleh sudut pandang ini adalah: 1) setiap perusahaan memiliki sumber daya yang unik, dan 2) sumber daya tersebut tidak dapat dengan mudah dipindahkan. Manajemen yang mampu mengelola dengan sangat baik sumber daya yang dimiliki perusahaan akan memberikan perbedaan dengan perusahaan lain. Perbedaan menjadi salah satu hal utama dalam survival tiap perusahaan.



Gambar 1. VRIO dan Kinerja Relatif Perusahaan



Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan olehnya, Barney menyimpulkan bahwa karakteristik kemampuan (characteristics of capabilities) yang penting bagi perusahaan adalah VRIO. Value, sebagai karakteristik kemampuan perusahaan berbicara tentang apakah kemampuan perusahaan memiliki value. Dalam bahasa lainnya dapat diungkapkan dengan apakah kemampuan perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi, kemampuan perusahaan dapat membuat beban biaya menjadi semakin rendah, atau bahkan kombinasi antara keduanya. Bila konsep value Barney dihubungkan dengan konsep value based management, maka menjadi penting bagi perusahaan untuk mencermati dan mengelola hal-hal yang menjadi revenue drivers dan cost drivers dalam bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.

Rare, sebagai karakteristik kemampuan perusahaan menyentuh tentang apakah kemampuan perusahaan jarang atau bahkan tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya. Dengan kondisi seperti ini perusahaan dapat menguasai pasar di area yang dikuasainya. Penguasaan pasar dalam hal ini pun tidak perlu menjadi monopolistik, tetapi kemampuan perusahaan kemampuan perusahaan sulit ditemui di tempat-tempat lain dan tidak dapat diperoleh dengan mudahnya. Walaupun tidak harus perusahaan menjadi pelayan di niche market (pasar ceruk), tetapi perusahaan-perusahaan yang melayani niche market biasanya memiliki karakter seperti ini.

Imperfectly imitable, adalah sifat dari karakteristik kemampuan perusahaan yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan pesaing dengan sempurna. Maksudnya adalah kemampuan perusahaan tidak dapat direplikasi kecuali dengan suatu upaya yang luar biasa besar sehingga dapat menyebabkan pengeluaran yang begitu besarnya, atau bahkan dapat membuat suatu “goncangan” bagi bisnis yang saat ini berjalan di perusahaan yang ingin mereplikasinya. Demikian pula dimaksudkan bahwa kemampuan perusahaan menjadi tidak dapat tergantikan (tersubstitusi) secara sempurna. Dengan demikian, perusahaan telah menciptakan suatu barrier to entry yang sulit ditembus oleh pesaing lainnya dengan menciptakan rules of the game yang hanya dapat dimainkan olehnya.

Organization aligned, berbicara tentang bagaimana karakteristik organisasi perusahaan menjadi sangat penting dalam bisnis. Apakah perusahaan membangun insentif, struktur, dan budaya organisasi yang saling aligned sehingga mampu memberikan dukungan bagi orang-orang yang berada di dalamnya untuk mengeksploitasi sumberdaya yang ada, dan bahkan mampu menciptakan kemampuan-kemampuan baru yang selama ini belum ada. Bisa jadi apa yang menjadi karakter utama dalam organisasi suatu perusahaan adalah sesuatu yang akan memberikan keunggulan kompetitif yang luar biasa sehingga menjadi barrier to entry yang tidak dapat dengan jelas teramati oleh perusahaan-perusahaan pesaing, karena letak keunggulannya terletak di dalam organisasinya, ada pada orang-orang yang terlibat didalamnya.

Bagi mereka-mereka yang berkutat dalam dunia bisnis, semoga dapat menggunakan kerangka VRIO yang dikembangkan oleh Barney. Empat pilar yang menjadi landasan kerangka ini sepertinya akan sangat powerful bila dijalankan dengan sungguh-sungguh.


Oleh:
Guntur Tri Hariyanto