Sunday, January 25, 2009

Menjadi Investor Individu yang Sukses



Menjadi seorang investor individu yang sukses adalah impian banyak orang. Hal tersebut tidak mudah untuk dilakukan, namun tentunya bisa menjadi kenyataan. Bahkan, bila mampu mewujudkannya, kinerja seorang investor individu dapat melebihi kinerja para professional dan kinerja pasar. Hal ini berarti seorang investor mampu menjadi penasihat dan pengelola dana bagi investasinya sendiri. Apa saja yang harus menjadi perhatian investor individu untuk dapat mencapai kesuksesan berinvestasi? Berikut ini adalah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:

Keseimbangan antara emosi dan logika

Emosi seringkali terkait dengan keberanian seseorang dalam mengambil keputusan. Dalam berinvestasi keberanian sangat dibutuhkan, terlebih bila kesempatan yang datang mengharuskan untuk mengambil keputusan dengan cepat dengan informasi yang kurang memadai. Namun, bila seorang investor membiasakan diri mengambil keputusan tanpa perhitungan dan informasi yang memadai akan memberikan nilai tambah bagi risiko yang ditanggung dari keputusan yang dibuat. Salah-salah membuat keputusan, bisa saja yang diperoleh adalah kerugian yang amat besar. Oleh karenanya seorang investor harus mampu membangun sistem logika dalam mengambil keputusan sehingga tidak dikuasai oleh emosi, dengan demikian keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan yang logis antara risiko dan peluang tingkat pengembalian yang diharapkan.

Kedisiplinan diri

Membangun kedisiplinan diri dalam berinvestasi menjadi syarat yang mutlak. Agar tidak dikuasai oleh emosi, sistem logika yang dibangun oleh seorang investor harus dilakukan dengan disiplin. Banyak hal yang menggoda seorang investor untuk tidak berdisiplin terhadap sistem logika investasinya, berbagai iming-iming keuntungan dan atau peluang seringkali menggiurkan, terutama dalam jangka pendek. Perolehan keuntungan dalam waktu singkat dan cepat tentu sangat menggoda untuk dapat diraih, namun kiranya perlu hati-hati dengan kondisi seperti itu. Akan jauh lebih menguntungkan bila seorang investor tetap berpendirian teguh dengan prinsip investasi yang sesuai dengan karakteristiknya, karena setiap orang memiliki karakteristik investasi yang berbeda-beda dan peluang yang datang belum tentu cocok dengan karakteristiknya.

Kemampuan membaca angka

Dunia keuangan dan investasi penuh dengan angka. Laporan keuangan perusahaan berisi angka-angka yang harus mampu diekstrak sehingga dapat menggambarkan perusahaan yang sebenarnya. Data obligasi, kinerja reksa dana, indikator pasar, indikator ekonomi makro dan lainnya disajikan dengan angka-angka. Menjadi hal yang sangat penting bagi seorang investor individu untuk mengembangkan kemampuannya dalam membaca dan mengintepretasikan angka-angka dalam dunia keuangan dan investasi. Dengan demikian keputusan yang dibuat tentunya akan menjadi lebih baik.

Pengakuan atas keterbatasan diri

Seorang investor memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya, seorang investor baru mengetahui seluk-beluk tentang saham, maka perlu diakui secara jujur bahwa pengetahuan tentang pasar obligasi, valuta asing dan lainnya masih lemah. Bidang tertentu yang dipahami dengan baik akan menimbulkan kepercayaan diri dan keputusan yang dibuat berdasarkan pengetahuan yang baik pula. Bidang yang belum dipahami dengan baik perlu dibangun secara bertahap, atau dapat juga mengandalkan informasi dari pihak-pihak yang memang expert dalam bidang tersebut, misalnya lembaga riset tertentu. Namun tentunya perlu dalam membaca informasi suatu lembaga perlu ada pembandingya sehingga seorang investor dapat membuat keputusan yang berimbang.

Menjadikan investasi sebagai hobi

Sudah banyak bukti yang menggambarkan dari hobi dapat mendatangkan kesuksesan. Agar sukses berinvestasi, maka perlu dijadikan sebagai hobi. Dengan hobi biasanya seseorang menjadi penuh perhatian dan menyenangi apa yang dilakukan. Energi, perhatian, dan fokus diberikan pada hobi tersebut dengan senang gembira. Energi positif dan konsentrasi tersebut akan membawa pada proses pembelajaran yang cepat, kematangan emosi dan logika, serta kedisiplinan diri yang tinggi.

Menghindari mentalitas mengekor

Mungkin tidak asing lagi bagi kita melihat fenomena bila seseorang berhasil dengan suatu bisnis, maka akan ada banyak orang yang mengikutinya. Fenomena ini bisa disebut sebagai mentalitas mengekor. Didalam pasar juga terjadi hal seperti itu. Investor-investor sering mengikuti pergerakan investor yang menjadi acuan, walaupun sebenarnya pergerakan investor acuan tersebut belum tentu tepat bagi investor individu. Sebaiknya investor individu melakukan keputusan investasi berdasarkan keputusan sendiri sesuai dengan karakteristik, kemampuan, dan informasi yang dimilikinya. Sudah banyak bukti bisnis yang ikut-ikutan akan menimbulkan ketidakcocokan dan kerugian bagi pelakunya, demikian pula dalam berinvestasi. Lakukanlah dengan pertimbangan yang matang jika memang ingin melakukan ‘pengekoran’, dan jadikanlah sebagai pelajaran sehingga di kemudian hari tidak perlu lagi melakukan hal tersebut.

Melakukan sesuatu dengan senang hati, menjadi diri sendiri, dan belajar dari kesalahan akan membawa pada kematangan pribadi. Bercermin pada Warren Buffet, yang membedakannya dengan investor yang lain adalah kemampuannya dalam mengendalikan diri sendiri. Selamat berinvestasi!

Sunday, January 11, 2009

Optimisme dI Tengah Gelombang Ketidakpastian

Tulisan ini dipublikasikan di 'Media Perkebunan' edisi 67 (21 Oktober-22 November 2008)


Kondisi perekonomian Indonesia pasca kuartal kedua diwarnai oleh inflasi setahun terakhir (year-on-year / y.o.y) sebesar 12,14% untuk bulan September, dan 10,47% sepanjang tahun (Januari-September) 2008. Sementara itu nilai suku bunga acuan Bank Indonesia (SBI) ditingkatkan menjadi 9,50%, SBI terus ditingkatkan secara bertahap oleh BI sepanjang tahun ini. Setidaknya telah terjadi lima kali peningkatan SBI dalam tahun ini. Di sisi lain, permasalahan ketatnya likuiditas perbankan nasional juga memberikan sentuhan tersendiri bagi perekonomian saat ini, ekpansi kredit perbankan yang meningkat pesat namun kurang diimbangi dengan penghimpunan dana masyarakat yang memadai.

Dari dunia internasional, sektor keuangan internasional yang mengalami krisis hebat memberikan memberikan efek pada semakin tingginya volatilitas (gejolak) sektor keuangan, perlambatan ekonomi dunia dan permasalahan inflasi global yang merata di hampir seluruh negara. Di tengah gonjang-ganjing pasar keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, perekonomian Indonesia ternyata masih mengalami pertumbuhan yang tinggi. Tercatat pada kuartal kedua 2008 produk domestik bruto (PDB) Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 6,3% y.o.y. Sementara itu untuk kuartal ketiga di prediksi akan tumbuh sebesar 6,4% y.o.y. Namun di sisi lain, harga penurunan harga minyak mentah dunia yang cukup drastis dalam beberapa minggu terakhir memberikan sedikit kelonggaran terhadap tekanan yang dihadapi oleh perekonomian dunia. Pada saat tertingginya, harga minyak mentah dunia sempat menyentuh US $ 147 / barel, namun saat ini bergerak di sekitar US $ 70 / barel. Penurunan harga minyak mentah dunia juga diikuti oleh penurunan beberapa komoditas, terumata komoditas yang berkaitan erat dengan minyak mentah, seperti crude palm oil.

Nilai tukar mata uang rupiah masih dapat dikatakan relatif tahan terhadap tekanan krisis, walaupun pada beberapa minggu terakhir sempat mengalami tekanan hebat. Krisis dunia pada sektor perbankan dan pasar modal yang telah menelan korban bank-bank besar dunia yang ada di Amerika dan Eropa telah merembet ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dan menyebabkan kepanikan global bagi iklim investasi dan keuangan. Beberapa langkah penanganan krisis telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, termasuk penyiapan berbagai perangkat untuk mengatasinya. Termasuk oleh Bank Indonesia yang selalu memonitor pergerakan nilai tukar mata uang Rupiah, sehingga tidak terdevaluasi terlalu tajam yang dapat memberikan efek negatif bagi sektor usaha di Indonesia.

Bila menengok perkembangan pasar modal Indonesia, awal Oktober 2008, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menghentikan aktivitas perdagangannya selama beberapa hari menyusul kejatuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar lebih dari 10% hanya dalam waktu beberapa jam setelah perdagangan di buka. Saat tulisan ini dibuat IHSG berada di sekitar level 1400-an, paling tidak telah terjadi penurunan nilai lebih dari 50% sejak nilai tertingginya (di atas 2800) pada minggu kedua Januari 2008. Demikian pula nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia yang dalam per hari secara rata-rata sempat mencapai 4-5 trilyun rupiah, namun saat ini hanya di sekitar 2-3 trilyun rupiah.

Kinerja Saham Sektor Perkebunan

Gejolak pasar keuangan dunia dan dalam negeri juga memberikan efek bagi sektor perkebunan. Beberapa emiten perkebunan besar yang tercatat dalam bursa seperti PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI), PT London Sumatera Tbk (LSIP), dan PT Bakrie Sumatera Plantation (UNSP) juga terkena imbasnya. Bila dibandingkan dengan awal tahun 2008, hingga harga terakhir pada tanggal 6 Oktober 2008, masing-masing saham tersebut telah mengalami penyusutan harga sebesar 68,33% (AALI), 78,93% (LSIP), dan 81.78% (UNSP).

Bila diperhatikan angka-angka tersebut, ternyata penurunan saham-saham perkebunan jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan IHSG. Kondisi ini sangat kontras jika dibandingkan pada tahun 2006 dan 2007, ketiga saham tersebut mengalami peningkatan harga yang tinggi, dengan sepanjang dua tahun tren harganya selalu meningkat. Namun semenjak Februari 2008 harga saham mereka mengalami tren menurun dari waktu ke waktu.















Penurunan harga-harga saham sektor perkebunan semakin diperparah oleh penurunan harga minyak dunia dan harga-harga komoditas perkebunan, seperti harga CPO. Harga minyak dunia mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan paling tidak semenjak bulan Juli 2008. Sementara itu harga CPO sudah mulai menurun semenjak bulan Maret 2008. Berdasarkan data average spot month settlement price of CPO Futures di Bursa Malaysia, semenjak bulan Maret 2008 hingga Oktober 2008 telah terjadi penurunan harga lebih dari 50%.

Secara fundamental, berdasarkan data laporan keuangan kuartal kedua, ketiga perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik. Masing-masing perusahaan mampu menghasilkan net profit margin (NPM) di atas 20%, sementara ROE itu ROE ketiganya masih lumayan. Bahkan AALI dan LSIP mampu memberikan ROE di atas 25% untuk kuartal kedua tahun 2008. Namun, jika diperhatikan harga saham mereka, hanya AALI yang masih memiliki harga masih cukup jauh dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Sementara harga saham LSIP sudah mendekati nilai bukunya, sedangkan UNSP bahkan telah berada di bawah nilai bukunya.

Prospek Sektor Perkebunan

Sejalan dengan pertumbuhan PDB. subsektor perkebunan mempunyai peran srategis terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997, subsektor perkebunan kembali menujukkan peran strategisnya. Pada saat itu, kebanyakan sektor ekonomi mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan dimana ekonomi Indonesia mengalami krisis dengan laju pertumbuhan –13% pada tahun 1998. Dalam situasi tersebut, subsektor perkebunan kembali menunjukkan kontribusinya dengan laju pertumbuhan antara 4%-6% per tahun. Demikian pula pada awal tahun ketika perekonomian Indonesia mulai membaik, laju pertumbuhan sektor perkebunan terus bertumbuh berada di atas pertumbuhan perekonomian negara.

Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang terjadi pada kuartal I dan II tahun ini di tengah-tengah pelemahan perekonomian dunia salah satunya didorong oleh peningkatan harga ekspor berbagai komoditas perkebunan, seperti CPO dan turunannya, karet dan produk karet, kopi, teh, dan kakao. Ekspor Indonesia secara total pada periode Januari-Juni 2008 mencapai nilai US $ 70,45 milyar, dengan demikian hingga kuartal II tahun 2008 Indonesia mengalami surplus sebesar US $ 5,4 milyar. Surplus perdagangan ini banyak disebabkan oleh kinerja ekspor produk komoditas, terutama CPO yang mengalami peningkatan harga yang tinggi. Nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US $ 9,16 milyar, nilai ini sama dengan 16,9% nilai total ekspor non-migas Indonesia. Kondisi ini sepertinya akan berubah pada kuartal berikutnya karena telah terjadi penurunan harga yang tajam produk-produk komoditas, demikian pula produk komoditas perkebunan. Namun, dengan memperhatikan perkembangan historis sektor pertanian di Indonesia, hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan, mengingat produk komoditas pertanian merupakan bagian dari produk yang berkontribusi langsung bagi ketahanan pangan dunia.

Berbagai peluang ekspor produk komoditas sektor pertanian masih terbuka sangat lebar. Dengan semakin majunya perekonomian China dan India, paling tidak kedua negara ini memiliki tingkat kebutuhan atas produk komoditas perkebunan yang tinggi. Demikian pula adanya kecenderungan kebutuhan energi terbarukan untuk menggantikan energi fosil, memberikan potensi produk komoditas perkebunan Indonesia akan banyak diminati. Hal ini seperti yang telah ditunjukkan oleh beberapa komoditas perkebunan, seperti CPO yang dapat digunakan sebagai bioenergi. Demikian pula pasar Afrika juga memberikan potensi yang luar biasa besar dan belum banyak tergali bagi ekspor produk komoditas perkebunan Indonesia.

Prospek produk komoditas Indonesia akan terus semakin meningkat jika kita mampu untuk meningkatkan nilai tambah produk. Dengan demikian produk yang dihasilkan tidak hanya diekspor mentah-mentah namun sudah diolah menjadi produk jadi yang bernilai tambah tinggi. Bila satu komoditas dapat dijadikan ratusan bahkan ribuan produk turunan yang memiliki nilai tambah tinggi, maka penghasilan yang diperoleh akan semakin tinggi. Selain itu pengaruh volatilitas harga komoditas mentah terhadap pendapatan perusahaan menjadi semakin dapat direduksi. Produk yang memiliki nilai tambah tinggi cenderung tahan terhadap perubahan harga dalam jangka pendek.

Faktor lainnya yang dapat mendukung prospek sektor perkebunan Indonesia tersedianya alternatif pembiayaan non-bank bagi sektor perkebunan, seperti tersedianya bursa berjangka bagi produk komoditas perkebunan. Kabar gembiranya, Bursa Berjangka Jakarta sudah memberikan angin segar untuk menyelenggarakan perdagangan fisik sejumlah komoditas andalan sektor pertanian dan pertambangan Indonesia, di antaranya adalah kopi, karet, kakao, beras dan CPO. Diharapkan ke depannya hal tersebut dapat menjadi pasar berjangka yang maju yang dapat mendorong perkembangan sektor perkebunan Indonesia. Dengan demikian modal dari masyarakat dapat mengalir lebih efisien dan tepat guna bagi perkembangan sektor perkebunan Indonesia, dan sebaliknya pertumbuhan sektor perkebunan Indonesia akan memberikan dampak signifikan bagi perkembangan perekonomian masyarakat.

Maju terus perkebunan Indonesia!


Oleh:

Roy Sembel dan Guntur Tri Hariyanto